PENGANTAR AKUNTANSI 2
Dosen : Dr. Syamsu Alam, SE., M.Si., Ak.
MODUL 1
PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI - JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013
MODUL 1
PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI
A.
KERANGKA KONSEPTUAL
Prinsip ini diterima dan dianggap lazim oleh masyarakat dan organisasi yang membutuhkan panduan dalam
akuntansi untuk penanganan keuangan.
Gambar1 menggambarkan bagaimana prinsip inidimulai dari kerangka konseptual hingga menjadi laporan keuangan.
Gambar 1. Prinsip Akuntansi yang Lazim Dapat Diterima
|
Kerangka Konseptual
|
|
Konsep, Prinsip dan
Batasan
|
|
Tujuan Pelaporan
Keuangan
|
|
Laporan Keuangan
|
Kita melihat pada tujuan laporan keuangan,tujuan ini menyatakan apa
yang ingin dicapai akuntansi keuangan termasuk tujuan dari informasi akuntansi. Kemudian, kita akan
mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip akuntansi tertentu yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Apakah
perbedaan antara suatu konsep dengan suatu prinsip? Konsep lebih luas
penerapannya, sedangkan prinsip lebih spesifik. Akhirnya, kita akan membahas
laporan keuangan sebagai hasil akhir dari
akuntansi keuangan dan unsur-unsurnya seperti aktiva, kewajiban, ekuitas
pemilik, pendapatan, beban, dan
seterusnya.
B.
TUJUAN DARI PELAPORAN KEUANGAN
Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang berguna di dalam membuat keputusan investasi dan pemberian
pinjaman. Agar dapat digunakan dalam pembuatan keputusan, informasi akuntansi
tersebut haruslah relevan, dapat diandalkan, dan
dapat diperbandingkan.
Informasi relevan akan berguna dalam membuat
peramalan dan untuk mengevaluasi kinerja di masalalu
yaitu, bahwa informasi tersebut mempunyai nilai umpan balik. Informasi yang
dapat diandalkan adalah bebas dari kekeliruan besar, mempunyai keabsahan/validitas.
Informasi harus tidak bias dari sudut pandang tertentu yaitudapat dibuktikan
dan bersifat netral. Informasi yang dapat diperbandingkan berarti dapat
dibandingkan dari periode ke periode sehingga dapat membantu para investor dan kreditor untuk melacak kembali perkembangan perusahaansepanjang waktu. Karakteristik ini
menjadi satu untuk membentuk konsep dan prinsip yang membentuk Prinsip
Akuntansi yang Lazim. Gambar 2
mengikhtisarkan kualitas yang dapat meningkatkan nilai dari informasi akuntansi.
Gambar 2. Kualitas Nilai Informasi untuk pengambilan keputusan
|
Relevan
|
|
Nilai Peramalan
|
|
Dapat
diperbandingkan
(termasuk
konsistensi)
|
|
BukuKulaitas yang dapat meningkatkan nilai informasi
untuk pengambilan keputusan
|
|
Dapat Diandalkan
|
|
Nilai Umpan Balik
|
|
Tepat waktu
|
|
Keabsahan
|
|
Dapat dibuktikan
|
|
Netral
|
C.
KONSEP-KONSEP DASAR
Konsep Entitas
Konsep entitas adalah konsep yang paling dasar di dalam akuntansi karena
ia memberikan suatu batasan di sekitar organisasi yang berkepentingan.
Yaitu bahwa transaksi dari setiap entitas diperhitungkan secara terpisah dari transaksi organisasi ataupun orang yang lainnya,
termasuk para pemilik dari entitas
tersebut. Pemisahan ini memudahkan kita untuk mengukur prestasi kerja dan posisi keuangan dari entitas secara sendiri terpisah dari semua entitas lainnya.
Suatu
entitas usaha dapat berupa perusahan perseorangan, persekutuan dari dua orang
atau lebih, atau suatu perusahaan terbatas
seperti (PT). Konsep entitas dapat diterapkan pada semua jenis dan
ukuran organisasi dengan cara yang sama. Pemilik dari agen perjalanan, misalnya, memperhitungkan transaksi
pribadinya terpisah dari transaksi usahanya.
Pembagian ini membuatnya dapat mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan dari agen perjalanan tersebut. Jika ia
mencampurkan catatan akuntansi pribadinya dengan catatan usahanya, kemungkinan
ia akan kehilangan informasi yang dibutuhkannya untuk mengevaluasi usaha itu sendiri.
Konsep
Kesinambungan
Dengan konsep kesinambungan ini diasumsikan bahwa
suatu perusahaan akan terus melanjutkan usaha
seterusnya dan tidak akan dibubarkan, kecuali ada bukti sebaliknya.Jika suatu usaha
dihentikan, maka usaha tersebut akan menjual aktiva-aktivanya, menukarkannya
menjadi uangkas. Proses ini disebut likuidasi. Dengan uang kas tersebut,
perusahaan akan melunasi semuakewajibannya,
dan para pemiliknya mendapatkan sisa yang
masih ada dari uang kas tersebut. Pada saat likuidasi, jumlah uang kas yang
diterima dari penjualan aktiva itu
merupakan nilai kontannya. Begitu pula kewajiban dibayarkan menurut nilai kontannya. Walaupun demikian,
jika usaha tersebut tidak dibubarkan, bagaimanakah cara pelaporan
aktiva dan kewajiban tersebut di dalam
neraca?
Untuk tujuan kesinambungan, maka neraca akan melaporkan
aktiva dan kewajiban berdasarkan
hargaperolehannya. Jika kita mempertimbangkan berapa harga yang dapat direalisasikan/harga sesungguhnya di pasar
saat itu maka akan membutuhkan suatu
perkiraan atau estimasi tertentu. Hal ini mungkin dapat bersifat objektif dan
dapat pula tidak objektif. Dengan menggunakan konsep kesinambungan, diasumsikan
bahwa entitas tersebut akan
melanjutkan usahanya dalam waktu yangcukup lama untuk dapat menutup harga perolehan dari aktiva-aktivanya.
Konsep kesinambungan memperbolehkan pelaporan dari aktiva
dan kewajib- an sebagai
aktiva dan kewajiban lancar atau jangka panjang, suatu pembedaan yang sangat berguna bagi para investor dan kreditor untuk
mengevaluasi suatu perusaha- an. Misalnya seorang
kreditor ingin mengetahui bagian dari kewajiban perusahaan yang akan jatuh tempo di tahun berikutnya dan bagian yang akan
jatuh tempo sesudah satu tahun. Asumsinya adalah bahwa entitas tersebut akan terus melanjutkan usahanya dan mempertahankan
keterikatan/komitmennya.
Konsep Periodisasi
Konsep Periodisasimemberikan jaminan bahwa
informasi akuntansi dilaporkan pada periode (interval) waktu yang teratur.
Penyajian data akuntansi secara teratur ini akan
membantu dalam membandingkan hasil operasi perusaha- an menurut waktunya; seperti dari tahun ke tahun, setiap kuartalan, dan
seterusnya. Para manajer, para pemilik, para pemberi pinjaman, dan masyarakat
sertaperusahaan lainnya membutuhkan laporan
yang teratur untuk dapat mengetahui keberhasilan atau kegagalansuatu
usahanya. Walaupun keberhasilan
yang sesungguhnya dari suatu perusahaan hanya dapat diketahui dengan tepat
dan pasti pada saat perusahaan dilikuidasi, akan tetapi para pembuat keputusantersebut tidak dapat menunggu sampai saat
perusahaan dilikuidasi untuk dapat mengetahui apakah perusahaan itu menghasilkan laba.
Hampir seluruh perusahaan menggunakan periode tahunan sebagai
periode waktu dasar mereka. Laporan tahunan
biasa dibuat di dalam usaha. Perusahaan juga menyiapkan laporan kuartalan dan
bulanan (yang disebut laporan
interim) untuk memenuhi kebutuhan para manajer, investor, dan
para kreditor akan informasi yang tepat waktu.
Konsep periode waktu juga mendasari penggunaan metode
akrual. Misalkan periode akuntansi suatu
perusahaan berakhir pada tanggal 31 Desember dan perusahaan telah berhutang/mengakui hutang - tetapi belum akan
dibayar hingga periode akuntansi yang
berikutnya - sebesar Rp 900.000 atas beban gaji. Untuk mengaitkan beban ini
pada periode yang sesuai, maka dibuat ayat jurnal
penyesuaian sebagai berikut:
31 Des Beban Gaji 900.000
Hutang Gaji 900.000
Ayat-ayat akrual menempatkan pendapatan dan beban pada
periode akuntansi yang tepat sehingga dapat membantu
memberikan laporan-laporan keuangan yang berarti.
Konsep Unit Monetery
Informasi akuntansi dinyatakan dalam moneter. Unit
moneter adalah alat utama dalam pengukuran
aktiva. Pengukuran ini menggunakan uang sebagai denominator umum dalam transaksi usaha. Konsep unit moneter ini memberikan suatu basis yang teratur dalam memperlakukan
nilai sisa yang digunakan dalam
laporan keuangan.
Tidak seperti alat ukur lain, misalnya liter, meter,
kilogram, nilai dari unit moneter ini
dapat berubah-ubah setiap waktu. Kita mengenal inflasi. Barang yang tiga tahun lalu seharga Rp 5000 mungkin sekarang
sudah seharga Rp6.000. Nilai uang
selalu berubah. Walaupun pada kenyataannya nilai uang selalu berubah namun dalam akuntansi yang
konvensional daya beliuang (dalam hal ini rupiah) diasumsi- kan tidak berubah. Perusahaan
akan mencatat seluruh aktiva dan kewajibannya
berdasarkan nilai perolehannya. Setiap aktiva dan kewajiban yang ada di dalam
neraca adalah jumlah nilai rupiah secara individual yang ditambah-tambahkan setiap waktu. Misalnya jika suatu perusahaan membeli 1000 m2 tanah pada tahun 1975 seharga Rp 60.000.000 dan 100 m2 lagi pada tahun
1992 seharga Rp 300.000.000, maka nilai
aktiva Tanah di dalam neraca mempunyai nilai sisa sebesar Rp 360.000.000, artinya perubahan dalam daya beli rupiah tersebut
diabaikan. Konsep satuan moneter stabil adalah suatu dasar untuk mengabaikan
dampak dari inflasi tidak memerlukan pernyataan kembali
untuk setiap perubahan dalam nilai rupiah. Mari kita melihat kelemahan dari konsep ini.
Misalkan sebuah perusahaan lainnya membayar sebesar Rp
600.000.000 untuk tanah dengan luas yang sama yaitu
200 m2 pada tahun 1995. Tanah tersebut sama dengan tanah yang dimiliki oleh perusahaan yang
terdahulu, tetapi neraca perusahaan menunjukkan
nilai tanah yang lebih besar daripada perusahaan terdahulu. Bagaimana kita dapat membandingkan neraca kedua perusahaan
tersebut? Perbandingan yang didasarkan atas
konsep unit moneter stabil tidak dapat kitalakukan karena membandingkan nilai rupiah pada saat yang berbeda
sama seperti membandingkan apel dengan
jeruk.
D.
PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI
Prinsip Keandalan (Objektivitas)
Prinsip
keandalan menuntut agar informasi akuntansi dapat diandalkan (bebas dari
kesalahan dan bias yang sangat besar). Para pemakai informasi
akuntansi bergantung pada kebenaran
informasi tersebut. Agar dapat diandalkan, maka informasi
tersebut harus dapat diuji kebenarannya oleh orang luar usaha itu. Para pemakai laporan keuangan akan menganggap
bahwa informasi tersebut dapat diandalkan
jika para ahli atau para pengukur yang independen benar-benar sepakat bahwa
informasi itu didasarkan atas suatu pengukuran yang jujur dan objektif.
Informasi yang bias yaitu data yang disiapkan dari suatu
sudut pandang tertentu dan bukan berdasarkan atas
fakta-fakta yang objektif. Misalkan suatu
perusahaan membeli persediaan barang seharga Rp 25.000. Pada akhir periode
akuntansi, persediaan tersebut sudah menurun nilainya dan mempunyai harga sebesar Rp 20.000. Berdasarkan aturanLowerofcostormarket
(LCM rule), perusahaan harus mencatat suatu kerugian sebesar Rp 5.000
ataspenurunan nilai persediaan tersebut. Manajemen perusahaan menganggap bahwa nilai yang tepat untuk persediaan
tersebut adalah Rp 22.000, tetapi hal
itu hanyalah berdasarkan suatu pendapat saja. Jika manajemen melaporkan
seharga Rp 22.000, maka jumlah aktiva dan ekuitas pemilik total akan kelebihan
di dalam laporan neraca. Dan pendapatanpun akan kelebihan di dalam laporan laba rugi.
Untuk mendapatkan gambaran nilai persediaan yang dapat
diandalkan, manajemen dapat melihat pada
daftar harga yang terbaru dari pemasok persediaan atau menghubungi
penilai profesional di luar perusahaan untuk menilai kembali harga persediaan
tersebut. Bukti yang dikumpulkan dari luar perusahaan akan memberikan informasi yang dapat diandalkan dan juga dapat
diuji kebenarannya. Prinsip keandalan diterapkan
pada semua informasi akuntansi di dalam neraca dan dari pendapatan
hingga laba bersih di dalam laporan laba-rugi.
Prinsip dapat Dibandingkan
Prinsip
keterbandingan mencakup
dua hal. Pertama, informasi akuntansi harus dapat dibandingkan antara suatu
perusahaan dengan perusahaan lain. Kedua, laporan keuangan dari suatu perusahaan harus dapat dibandingkan antara satu
periode dengan periode berikutnya.
Bentuk laporan keuangan yang standar akan membantu perbandingan antara perusahaan yang berbeda. Dengan
menggunakanistilah yang sama untuk unsur di dalam
laporan: aktiva, kewajiban, pendapatan dan seterusnya juga akan membantu proses perbandingan.Walaupun demikian,antara perusahaan yang sama
menggunakan bentuk laporan dan istilah yang
standar, proses perbandingan ini akan jauh dari sempurna, karena adanya pelbagai alternatif penggunaan metode
akuntansi. Perbandinganantara perusahaan yang menggunakan metode persedia- an yang
berbeda misalnya, LIFO dan FIFO, akan menjadi sulit dilakukan.
Prinsip dapat
dibandingkan ditekankan bahwa pada setiap
perusahaan itu sendiri harus dapat menyediakan informasi akuntansi yang dapat dibandingkanantar
periode. Untukitu
maka perusahaan harus menerapkan praktik metode
akuntansi yang sama dari periode ke periode(konsistensi).Suatu
perusahaan yang menggunakan FIFO untuk
persediaannya dan metode penyusutan garis lurus dalam satu periode harus menerapkan metode yang sama pada periode
berikut- nya. Kalau tidak,
seorang pemakai laporan keuangan tidak dapat mengetahui apakah perubahan di dalam pendapatan dan aktiva berasal dari
operasinya ataukah berasal dari cara
perusahaan melakukan operasinya.
Perusahaan masih dapat mengubah metode akuntansi yang digunakan jika ada perubahan dalam operasi usahanya.
Misalnya perusahaan dapat menambah suatu lini produk baru yang memerlukan
metode persediaan yang berbeda. Sifat, pengaruh sertaalasan
dilakukannya perubahan tersebut harus
diungkapkan dalam laporan keuangan periode terjadinya perubahan itu.
Prinsip Biaya
Prinsip biaya menyatakan bahwa aktiva dan jasa dicatat berdasarkan harga
perolehannya atau "harga
pertukaran" dan bahwa catatan akuntansi dari aktiva terus didasarkan atas harga tersebut bukan berdasarkan nilai
harga pasar yang berlaku. Dengan menetapkan
bahwa aktiva harus dicatat pada harga perolehannya, prinsip biaya ini juga mengatur
pencatatan dari kewajiban dan ekuitas pemilik. Misalkan sebuah developer tanah membeli 20 hektar tanah seharga Rp
50.000.000. Biaya-biayatambahan termasuk fee untuk pemerintah
daerah (Rp 1.500.000), pemindahan bangunan yang tidakdiperlukan (Rp 10.000.000), dan landscaping (Rp
20.000.000), menjadikan total biaya Rp81.500.000.
Maka akun tanah mencakup nilai tersebut karena nilai
tersebut merupakan harga tanah yang sesungguhnya hingga tanah itu dapat
digunakan. Jika diasumsi- kan
bahwa developer itu memiliki tanah tersebut
selama satu tahun, kemudian ia menawarkan untuk dijual seharga Rp 200.000.000. Maka prinsip biaya menetapkan
bahwa nilai akuntansi dari tanah
tersebut tetap sebesar Rp 81.500.000.
Prinsip Pendapatan
Prinsip pendapatan memberikan panduan untuk menentukan waktu/saat
dilakukannya pencatatan suatu pendapatan dan jumlah dari
pendapatan yang harus dicatat. Hukum yang
berlaku umum adalah bahwa pendapatan harus di catat pada saat transaksi untukmenghasilkan pendapatan tersebut telah terjadi dan
bukan sebelumnya.Beberapa pendapatan,
seperti bunga dan sewa, akan diterima kemudian sejalandengan berlalunya waktu. Saat dan jumlah pen- dapatan sangat mudah untuk diperhitungkan.
Jumlah pendapatan yang dihasil- kan
akan dicatat pada setiap periode waktu.
Beberapa pendapatan lainnya dihasilkan dengan cara menjual
barang atau memberikan jasa-jasa. Menentukan
kapan saatnya pendapatan tersebut diakui tergantung pada lebih banyak faktor daripada hanya
sekedar berlalunya waktu. Berdasarkan prinsip pendapatan, ada lima kondisi yang
harus dipenuhi sebelum pendapatan
tersebut dicatat:
1. Perusahaan
telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang pada
pembeli
2. Perusahaan
tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian yang efektif
atas barang yang dijual
3. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal
4.Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir
kepada perusahaan tersebut
5. Biaya
yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat
diukur dengan andal.
Jumlah pendapatan
yang harus dicatat adalah nilai dari aktiva yang diterima -biasanya kas atau piutang.
Walaupun demikian, dapat timbul situasi-situasi di mana jumlah pendapatan atau saat dari diakuinya suatu pendapatan tidak mudah
untuk ditentukan. Ada empat metode
yang dapat dijadikanpanduan untuk menerap- kan prinsip pendapatan ini dalam keadaan yang berbeda-beda.
METODE
PENJUALAN.Berdasarkan
metode ini, pendapatan diakui pada saat terjadinya penjualan atau pada tanggal
penjualan, biasanya merupakan tanggal pemindahan
hak milik/risiko kepada langganan (menurut SAK). Misalkan pada penjualan eceran di sebuah toko perangkat keras. Pada saat terjadinya penjualan, langganan
membayar kepada toko dan mengambil barang yang dibelinya. Toko akan mencatat
penjualan itu dengan mendebit Kas dan mengkredit Pendapatan Penjualan. Pada situasi lain, saat penjualan (point of
sales) terjadi ketika penjual mengirimkan barang kepada pembeli.
METODE PENERIMAAN UANG.Metode ini digunakan hanya jika penerimaan uang kas dianggap masih belum pasti. Yaitu
dalam hal terdapat ketidakpastian yang
besar mengenai kolektibilitas piutang yang timbul dari penjualan barang/jasa,
maka pengakuan pendapatan dapat ditunda sampai saat diterimanya kas.
Berdasarkan metode ini, penjual menunggu hingga uang kas benar-benarditerima
untuk dapat mencatat suatu penjualan.
Para profesional seperti dokter dan pengacara menggunakan metode penerimaan uang, karena mereka seringkali sulit untuk
melakukan penagihan atas piutang-piutangnya.
Mereka tidak dapat menentukan begitu saja bahwa mereka dapat melakukan penagihan
atas pendapatannya, sehingga mereka akan menunggu hingga benar-benar menerima uang kas untuk mencatat pendapatan
tersebut. Metode penerimaan uang ini bersifat
konservatif karena pendapatan tidak akan dicatatsebelum penerimaan uang kas.
METODE ANGSURAN.Suatu jenis dari metode penerimaan
uang yang digunakan pada penjualan dengan angsuran. Pada suatu penjualan
angsuran tertentu, pembeli memberikan
uangmuka terlebih dahulu pada saat kontrak ditandatangani dan akan membayar sisanya dengan angsuran. Dengan metode
angsuran, laba kotor (pendapatan penjualan dikurangi harga pokok penjualan)
akan dicatat pada saat kas ditagih.
Misalkandeveloper real estat menjual tanah seharga Rp
80.000.000 ditam- bah tiga kali angsuran tahunan sebesar Rp 120.000.000,
Rp 140.000.000 dan Rp 160.000.000 (total Rp 500.000.000). Harga
perolehan tanah tersebut sebesar Rp 300.000.000,
jadi laba kotornya Rp 200.000.000, yang dihitung sebagai berikut:
Penjualan Angsuran Rp 500.000.000
Harga Pokok Penjualan Tanah Rp
300.000.000
Laba Kotor Rp
200.000.000
Untuk menentukan laba kotor yang berkaitan dengan setiap
penagihan berdasarkan metode angsuran ini,
kita harus menghitung dahulu persentase laba kotornya, yaitu :
|
Laba Kotor
|
|
Persentase
Laba Kotor
|
|
40 %
|
|
=
|
|
Penjualan Angsuran
|
|
=
|
|
Rp 200.000.000
|
|
Rp 500.000.000
|
|
=
|
Kemudian kita menerapkan persentase laba kotor ini pada
tiap penagihan. Hasilnya adalah
jumlah laba kotor yang dicatat sebagai pendapatan pada saat kas diterima.
|
Tahun
|
Penagihan
|
Persentase Laba Kotor
|
Laba Kotor
|
|
1
|
Rp
80.000.000
|
0.4
|
Rp
32.000.000
|
|
2
|
120.000.000
|
0.4
|
48.000.000
|
|
3
|
140.000.000
|
0.4
|
56.000.000
|
|
4
|
160.000.000
|
0.4
|
64.000.000
|
|
Total
|
Rp 500.000.000
|
0.4
|
Rp 200.000.000
|
Pada
tahun pertama laba kotor yang dicatat sebesar Rp 32.000.000, pada tahun kedua Rp 48.000.000, dan seterusnya. Jumlah laba kotor
total (Rp 200.000.000) sama dengan jumlah menurut metode penjualan. Dengan metode penjualan, jumlah total laba kotor sebesar Rp 200.000.000
dicatat saat awal dari kontrak. Penjualan
setiap tahunnya akan mempunyai persentase laba kotor yang berbeda-beda. Contoh di atas, penjualan angsuran
ditahun pertama menghasilkan laba kotor
40%. Misalkan penjualan tahun ke-2 menghasilkan laba kotor 45%, tahun ke-3 penjualan menghasilkan 42%, dan tahun ke-4
penjualan menghasilkan 35%. Jumlah laba
kotor total untuk satu tahun adalah jumlah seluruh laba kotor yang tercatat
pada penagihan kas yang dilakukan pada tahun itu.
Dengan menggunakan penerimaan kas yang diasumsikan pada
penjualan angsuranyang dilakukan pada tahun-tahun ke-2,3, dan 4, maka
penghitungan laba kotor untuk tahun-tahun 1
hingga 4 adalah sebagai berikut. Semua jumlah di tahun ke-1 diambil dari penghitungan yang telah kita lakukan di
atas.
Tabel 1. Perhitungan Laba Kotor Menurut Tahunnya
Penerimaan
Kas x Persentase Laba Kotor
|
|
%Laba Kotor
|
Tahun 1
|
Tahun 2
|
Tahun 3
|
Tahun 4
|
|
Penjualan
tahun ke 1
|
40%
|
Rp 80.000.000 x 0,40
|
Rp 120.000.000x0,40
|
Rp 140.000.000x0,40
|
Rp 160.000.000x0,40
|
|
= Rp 32.000.000
|
= Rp 48.000.000
|
= Rp 56.000.000
|
= Rp 64.000.000
|
||
|
Penjualan
tahun ke 2
|
45%
|
|
90.000.0000x0,45
|
100.000.000x0.45
|
20.000.000x0,45
|
|
|
= Rp 40.500.000
|
= Rp 45.000.000
|
= Rp 9.000.000
|
||
|
Penjualan
tahun ke 3
|
42%
|
|
|
75.000.000x0,42
|
65.000.000x0,42
|
|
|
|
= Rp. 31.500.000
|
= Rp 27.300.000
|
||
|
Penjualan
tahun ke 4
|
35%
|
|
|
|
30.000.000 x 0,35
|
|
|
|
|
= Rp 10.500.000
|
||
|
Total Laba kotor
|
|
Rp 32.000.000
|
Rp 88.500.000
|
Rp 132.500.000
|
Rp 110.800.000
|
Metode angsuran ini sangat menarik untuk tujuan pajak
pendapatan karena ia menunda pencatatan
suatu pendapatan dan begitu puladengan pembayaran pajaknya. Walaupun demikian, metode ini hanya dapat diterapkan pada keadaan
yang sangat terbatas -misalnya
penjualan pada perusahaan real estat. Menurut prinsip akuntansi yang lazim, metode ini hanya diperbolehkan jika tidak ada lagi dasar
untuk memperkirakan penghitungan yang lazim dan cukup
bisa diterima.
METODE PERSENTASE PENYELESAIAN. Pembangunan gedung-gedung perkantoran, jambatan-jembatan, bendungan, dan
aktiva-aktiva besar lainnya sering- kali mencakup
beberapa tahun lamanys. Masalah akuntansi untuk perusahaan kontraktor ini
adalah kapan saatnya mencatat pendapatan. Pendekatan yang paling konservatif adalah mencatat semua pendapatan yang dihasilkan
dalam proyek tersebutpada periode diselesaikannya
proyek itu. Prosedurini, disebutjuga metode kontrak selesai, dapat diterima untuk situasi-situasi tertentu.
Menurut
metode yang lebih disukai, yaitu metode persentase penyelesaian, perusahaan kontraktor akanmengakui pendapatan atas
dasar persentase pekerjaan yang diselesaikan. Setiap tahun perusahaan
akan memperkirakan persentase penyelesaian pekerjaan
sejalan dengan perkembangan pekerjaan tersebut. Salah satu cara untuk membuat
perkiraan tersebut adalah dengan membandingkan biaya yang terjadi pada tahun itu dengan total taksiran biaya proyek.
Persentase ini kemudian dikalikan dengan jumlah total pendapatan proyek untuk mendapatkan pendapatan
konstruksi/proyek pada tahun tersebut. Laba proyek pembangunan untuk tahun itu
adalah pendapatan dikurangi biayanya.
Misalkan PT Tenaga Abadi menerima suatu kontrak untuk
membangun sebuah pembangkit tenaga listrik dengan
nilai Rp 42 milyar. Perkiraan perusahaan untuk totalbiaya
selama 3 tahun periode konstruksi adalah Rp 36 milyar : Rp 6 milyar di tahun 1,
Kp 18 milyar ditahun 2 dan Rp 12 milyar di tahun
3. Pendapatan dan laba dari konstruksi tersebut
dalam waktu 3 tahun adalah: (dalam milyar rupiah).
Tabel 2. Perhitungan Pendapatan dan laba dari konstruksi 3 tahun
|
Tahun
|
Biaya untuk Tahun
|
Biaya Proyek Total
|
Persentase Penyelesaian proyek
|
Pendapatan proyek total untuk tahun
|
Pendapatan
Konstruksi
untuk tahun
|
Laba Konstruksi
untuk tahun
|
|
1
|
Rp 6
|
Rp 36
|
Rp 6/Rp36 = 1/6
|
Rp 42
|
Rp 42 x 1/6=Rp 7
|
Rp 7 – Rp 6 = Rp1
|
|
2
|
18
|
36
|
Rp 18/Rp36 = 1/6
|
42
|
Rp 42 x 1/2=Rp 21
|
Rp 21 – Rp 18 = Rp3
|
|
3
|
12
|
36
|
Rp 12/Rp36 = 1/6
|
42
|
Rp 42 x 1/3=Rp 14
|
Rp 14 – Rp 12 = Rp2
|
|
|
Rp
36
|
|
|
|
Rp 42
|
Rp 42 Rp 36
Rp 6
|
Metode persentase penyelesaian ini sangat tepat (menurut
SAK dianjurkan) dalam hal
perusahaan dapat membuat taksiran mengenai tahap penyelesaian kontrak selama periode pembangunan tersebut. Bila taksiran tersebut
kurang dapat ditentukan atau meragukan,
maka digunakan cara lain yaitu "metode kontrak selesai". Metode ini
sesuai dengan konsep realisasi karena
pendapatan baru diakui pada saat kontrak telah selesai; namun hal ini berarti bahwa selama periode pelaksanaan
kontrak, tidak adapengakuan terhadap hasil/tahap kemajuan
dalam penyelesaian kontrak. Pada contoh di atas, jika PT Tenaga Abadi menggunakan metode kontrak selesai, laporan laba ruginya
di tahun ke-3 akan melaporkan
pendapatan proyek total sebesar Rp 42 milyar, biaya proyek total sebesar Rp 36 milyar, dan laba sebesar Rp 6
milyar. Laporan laba-rugi untuk tahun ke-1 dan 2 tidak akan melaporkan apa-apa yang berkaitan dengan proyek
tersebut. Sebagian besar masyarakat
mengakui bahwa hasil yang didapat menurut metode persentase penyelesaian adalah lebih realistis.
Prinsip Pemaduan (Matching)
Prinsip pemaduan mengatur pencatatan dan pelaporan beban. Prinsip ini
berjalan seiring dengan prinsip pendapatan
untuk mengatur pengakuan laba di dalam akuntansi. Ingatlah bahwa laba adalah pendapatan dikurangi beban.
Dalam setiap periode, perusahaan
pertama akan mengukur pendapatannya dengan prinsip pendapatan. Perusahaan
kemudian akan mencari dan mengukur seluruh biaya yang terjadi selama periode tersebut untuk menghasilkan pendapatan
tadi. Memadukan antara beban dengan pendapatan
berarti mengurangi beban dari pendapatan. Hasilnya adalah laba untuk periode tersebut.
Beberapa
beban dapat dengan mudah dipadukan dengan pendapatan tertentu. Misalnya harga pokokpenjualan berkaitan langsung
dengan pendapatan penjualan, karena tanpa penjualan, maka tidak akan ada
harga pokok penjualan. Komisi dan fee yang dibayarkan
dalam rangka penjualan barang-barang, beban pengiriman, dan beban penjualan perlengkapan berkaitan pula dengan
pendapatan penjualan dalam artian yang sama.
Beberapa beban lainnya tidak mudah dikaitkan dengan
penjualan karena akan tetap terjadi meskipun ada atau tidak ada penjualan. Yang
termasuk dalam kategori ini adalah beban penyusutan, gaji,
dan semua jenis beban di perusahaan induk. Biasanya beban-beban ini dipadukan ke dalam pendapatan berdasarkan waktu.
Misalnya, bangunan perusahaan induk
dapat digunakan untuk manajemenumum, pabrikan, dan pemasaran. Penyusutan yang berdasarkan garis lurus untuk
bangunan yangberusia hingga 40 tahun akan memberikan beban atas gedung
sebesar 1/40 pada biaya beban setiap tahunnya, tanpa memperhatikan berapapun besarnya tingkat pendapatan. Beban gaji
tahunan untuk seorang pegawai adalah jumlah gaji total orang tersebut
untuk tahun itu, tanpa memperhatikan besarnya pendapatan.
Kerugian,
seperti halnya beban, akan dipadukan kepada pendapatan ber- dasarkan basis waktu. Misalnya jika suatu aktiva seperti
persediaan mengalami penurunan nilai, maka kerugian
yang terjadi akan dicatat pada saat terjadinya, tanpa memperhatikan besarnya pendapatan yang dihasilkan selama periode itu.
Prinsip Pengungkapan
Prinsip inimenyatakan bahwa laporan
keuangan suatu perusahaan harus melaporkan informasi yang cukup
bagi para pemakai di luar perusahaan untuk dapat membuat keputusan mengenai perusahaan tersebut. Secara singkat, artinya
perusahaan harus melaporkan informasi
yang relevan, dapat dipercaya, dan dapat dibandingkan mengenai kejadian-kejadian ekonomis yang
dialaminya.
IKHTISAR DARI KEBIJAKAN-KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTINGUntuk dapat mengevaluasi suatu perusahaan, para investor
dan kreditor ingin mengetahui bagaimana
laporan keuangan dibuat. Pertimbangan ini akan menjadi sangat penting ketika perusahaan dapat memilih dari beberapa metodeyang
diperbolehkan. Perusahaan mengikhtisarkan
kebijakan akuntansinya pada bagian pertama dari catatan laporan keuangan mereka. Catatan tersebut dapat berupa
nilai-nilai dalam unit monetermaupun dalam
bentuk deskripsi tertulis. Perusahaan biasanya meng- ungkapkan metode pengakuan pendapatan,
metode persediaan, dan metode penyusutan yang digunakan.
KEMUNGKINAN-KEMUNGKINAN KERUGIAN (PROBABLE
LOSSES) Prinsip pengungkapan mengatur bahwa suatu perusahaan hams
mencatat dan melaporkan suatu kerugian
yang mungkin dapat terjadi sebelum hal tersebut benar-benar terjadi, dengan syarat kerugian itu dapat terjadi dan jumlahnya dapat
diperkirakan. Perusahaan minyak "Petro" melaporkan
kerugian seperti itu di dalam laporan keuangannya yang terbaru. Perhatikan
bahwa penjualan akan terjadi di dalam suatu kerugian.
CATATAN 1
Perusahaan
mengumumkan rencana untuk menghentikan usahanya di bidang mineral (tambang).
Aktiva yang berkaitan dengan operasi usaha ini akan dijual, dihancurkan/dibuang, atau dihapuskan dalam
mengantisipasi penjualan aktiva tersebut
di masa datang atau penghancurannya, maka akan diperkirakan terjadi kerugian bersih dari penjualan sebesar Rp 171
milyar.
Nilai kerugian sebesar Rp 171 milliar tersebut tampak
dalam laporan laba-rugi perusahaan sebagai
berikut:
|
|
Milyar
|
|
Pendapatan dari usaha yang masih berlanjut
|
Rp
596
|
|
Penghentian usaha (setelah pajak
penghasilan)
|
|
|
Kerugian operasi / usaha
|
(7)
|
|
Kerugian karena penjualan
|
(171)
|
|
Laba
bersih
|
Rp
418
|
PERUBAHAN-PERUBAHAN AKUNTANSI Penggunaan metod akuntansi dan prosedur akuntansi yangkonsisten adalah hal yang
sangat penting, seperti telah kita bahas dalam masalah komparabilitas (dapatdibandingkan). Jika perusahaan me- lakukan perubahan
dari suatu metode atau prosedur akuntansi ke metode atau prosedur yang lain, maka ia harus mengungkapkan perubahan tersebut, alasandilakukannya
perubahan itu, dan dampak dari perubahan tersebut terhadap laba
bersihnya. Dua jenisperubahanakuntansi yang
biasa terjadi adalah perubahan dalam prinsip akuntansi dan perubahan dalam taksiran
akuntansi.
Perubahan dalam Prinsip Akuntansi adalah suatu perubahan dalam metode akuntansi. Misalnya, pergantian dari metode LIFO ke
metode FIFO untuk persedia- an dan
pergantian dari metode saldo menurun berganda ke metode garis lurus untuk penyusutan. Apapun perubahan dalam prinsip akuntansi
yang digunakan, catatan atas laporan
keuangan harus menginformasikan perubahan tersebut danpengaruhnya terhadap laba.
Perubahan
dalam Taksiran Akuntansi terjadidalam kejadianusaha yang normal ketika perusahaan mengubah
perkiraannya yang semula. Suatu perusaha- an dapat mencatat beban piutang tak tertagih berdasarkan
atas perkiraan bahwa beban
penghapusan piutang ragu-ragu sebesar 2 persen dari penjualan. Jika penagihan yang sebenarnya terjadi melebihi perkiraan tersebut,
maka perusahaan dapat memperkecil perkiraannya menjadi
1 1/2 persen dari penjualan di masa yang akan datang.Suatu perusahaan penerbangan seperti Sempati dapat memperkirakan pada awalnya bahwa sebuah pesawat baru Boeing 747 dapat
berusia 15 tahun. Setelah 10 tahun
menggunakan pesawat tersebut, perusahaan melihat bahwa usia kegunaan pesawat itu
dapat diperpanjang menjadi 18 tahun.
Perusahaan harus melakukan penghitungan kembali pada
penyusutan pesawat yang didasarkan atas informasi
baru tersebut pada saat di mulainya tahun ke-11 penggunaan
pesawat itu. Misalkan harga pesawat adalah Rp 80 milyar, mempunyai perkiraan nilai sisa sebesar Rp 20 milyar, dan
disusutkan dengan metode garis lurus.
Penyusutan untuk masing-masing tahun pada 10 tahun
pertama dari usia pesawat tersebut
adalah Rp 4 milyar, yang dihitung berikut ini:
|
Penyusutan
Per Tahun
|
|
Rp 4 Milyar
|
|
=
|
|
Rp 180 Milyar – Rp 20 milyar
|
|
15 tahun
|
|
=
|
Perubahan dalam taksiran dapat diperhitungkan dengan
cara membagi nilai buku yang masih tersisa untuk disusutkan dari aktiva
tersebut ke dalam usia yang masih tersisa. Penyusutan tahunan setelah ada perubahan akuntansi adalah
sebesar Rp 1 miliar, dihitung sebagai
berikut:
|
Penyusutan
Per Tahun
|
|
Rp 2,5 Milyar
|
|
=
|
|
Nilai Buku yang masih tersisa
|
|
Usia tersisa
|
|
=
|
|
Rp 80 milyar – Rp 20 milyar – (Rp 4 milyar x
10)
|
|
Total 18 Tahun – Penggunaan 10 Tahun
|
|
=
|
|
Rp 20 milyar
|
|
8 tahun
|
|
=
|
Jumlah
penyusutan yang baru ini dicatat seperti biasanya.
KEJADIAN SETELAH TANGGAL NERACA Suatu perusahaan biasanya membutuhkan beberspa minggu setelah akhir tahun untuk
melakukan penutupan buku dan untuk menerbitkan laporan
keuangannya. Sefingkali terjadi beberapa kejadian di dalam periode tersebut yang akan mempengaruhi interpretasi atas
informasi yang terdapat di dalam
laporan keuangan. Hal tersebut dikenal sebagai kejadian setelah tanggal neraca dan harus diungkapkan di dalam laporan periode
sebelumnya. Contoh yang umum terjadiadalah
pemimjaman uang, penanaman modal, penjualan aktiva, dan hal yang masih dalam
perkara pengadilan.
TEKNIK-TEKNIK PENGUNGKAPAN Perusahaan menggunakan catatan yang berbentuk kalimat di dalam laporan keuangannya. Misalnya
untuk penyisihan piutang tak tertagih, dapat dilaporkan sebagai berikut:
|
|
(dalam ribuan
rupiah)
31 Desember
|
|
|
19X7
|
19X6
|
|
|
Piutang dan wesel
tagih
(dikurangi penyisihan
masing-masing Rp 61 dan Rp 67)
|
Rp 1.745
|
Rp 1.675
|
Perusahaan
lainnya menuliskan untuk penyisihan piutang tak tertagihnya pada baris yang terpisah di dalam neracanya, seperti berikut
ini:
|
|
(dalam rlbuan
rupiah)
31 Desember
|
|
|
19X7
|
19X6
|
|
|
Piutang dan wesel tagih (ikhtisar)
|
Rp
549,9
|
Rp
592,5
|
|
Taksiran piutang
tak tertagih
|
(12,5)
|
(14,2)
|
Kedua teknik pengungkapan di atas cukup dapat memberikan
informasi menge- nai jumlah piutang total dan jumlah
neto dari piutang yang diharapkan dapat tertagih.
E.
KETERBATASAN DALAM AKUNTANSI
Apakah laporan keuangan akan melaporkan setiap rincian
data, untuk dapat memberikan informasi yang bersifat relevan,
dapat dipercaya dan dapat di- bandingkan?
Bila hal tersebut dilakukan, hasilnya tentu akan berupa sejumlah besar data.
Untuk mengatasi masalah ini digunakanlah
konsep materialitas. Para manajer puncak dari suatu perusahaan juga bertanggung jawab atas laporan keuangannya.
Untuk mengimbangi optimisme para manajer
perusahaan tersebut - yang dapat membuat laporan menjadi bias dan menyajikan gambaran yang terlalu indah tentang operasi
perusahaan - maka digunakan pula konsep yang disebut konsep konservatisme. Bagian
ini akan membahas hambatan/keterbatasan di dalam informasi akuntansi tersebut.
Konsep Materialitas
Konsep materialitas menyatakan bahwa perusahaan
harus menyajikan akuntansi untuk item-item
dan transaksi-transaksi yang mempunyai pengaruh yang besar pada laporan keuangan
perusahaan. Menurut SAK: "Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula, penerapan prinsip akuntansi
terhadap suatu fakta atau pos tertentu
mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh yang
material terhadap kelayakan laporan keuangan". Informasi
dianggap signifikan - para akuntan menyebutnya
sebagai material - jika penyajiannya di dalam laporan keuangan akan
dapat membuat seorang pemakai laporan
tersebut mengubah keputusan yangdiambilnya. Item-item yang tidak material tidak perlu penerapan akuntansi yang
benar-benar sempurna. Penulisan dan penyajian yang benar untuk item-item yang
tidak material tidak beg'tu mempengaruhi
keputusan yang diambil oleh para pemakai laporan keuangan. Jadi konsep materialitas
ini dapatmengurangi biaya dari akuntansi.
Bagaimana caranya menentukan hal-hal yang dianggap
material dan yang tidak material?
Keputusan ini tergantung pada seberapa besar dan luasnya suatu perusahaan. PT Makindo Tbk misalnya, memiliki aktiva yang kurang
lebih sebesar Rp 354 milyar. Manajemen
akan memasukkan suatu pembelian keranjangsampah seharga Rp 100.000 sebagai hal yang tidak material. Keranjang sampah ini
mungkin dapat digunakan hir.gga 10 tahun,
dan kalau kita bicara secara tepat, PT Makindo Tbk seharusnya mengkapitalisasikan pengeluaran tersebut dan melaku- kan penyusutan terhadapnya. Tetapi hal itu menjadi sangat tidak praktis. Biaya akuntansi
untuk pencatatan, penghitungan, dan pelaporan yang teratur akan
jenis aktiva itu akan lebih besar dari manfaat yang diberikannya sebagai suatu infor- masi. Para
pemakai laporanpun tidak akan mengubah keputusan yang akan diambilnya
berdasarkan jumlah/nilai yang tidak begitu material tersebut.
Perusahaan
besar akan membuat garis batas untuk hal yang bersifat material setinggi kurang lebih Rp 10.000.000, dan nilai
uang di bawah jumlah tersebut dianggap sebagai
beban. Perusahaan yang lebih kecil mungkin akan menganggap item yang bernilai lebih kecil dari Rp 50.000 sebagai suatu beban.
Materialitas ini berbeda-beda pada satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Suatu jumlah yang dianggap
material bagi suatu bengkel mobil
mungkin tidak material bagi perusahaan Toyota.
Konsep materialitas ini tidak berarti bahwa perusahaan
dapat membebaskan penerapan akuntansi pada setiap item. PT Makindo Tbk misalnya, masih
harus tetap memperhitungkan pembelian keranjang sampah
tadi. PT Makindo Tbk harus mengkredit kas (atau hutang) untuk mencatat
pembelian tersebut, tetapi akun apa yang harus didebit?Karena
jumlahnya yang tidak material, manajemen mungkin akan memutuskan untuk mendebit
Beban Perlengkapan. Akun apapun yang akan didebit, pemakai laporan keuangan
tetap tidak akan mengubah keputusan yang diambilnya berdasarkan informasi
tersebut.
Konsep
Konservatisme
Para manajer perusahaan seringkali bersifat
optimis. Jika ditanya bagaimana perkembangan usahanya, maka pimpinan akan
menjawab "Baik,.. tahun ini adalah tahun yang terbaik dari perkembangan
usahakami". Jika tidak dibatasi, maka optimisme ini akan mempengaruhi
pelaporan aktiva dan laba perusahaan. Para manajer akan berusaha untuk
memberikan gambaran yang terlalu indah mengenai perusahaannya. Misalnya, mereka
akan meminta akuntan perusahaan untuk mengkapitalisasikan beban yang berkaitan
dengan aktiva tetap perusahaan, padahal seharusnya tetap menjadi beban. Hal ini
akan menyebabkan beban menjadi lebih kecil dan laba pada tahun berjalan menjadi
lebih besar di dalam laporan laba rugi perusahaan. Neraca juga akan melaporkan
aktiva tetap dan ekuitas pemilikyang lebih besar. Hasil keseluruhannya adalah
bahwa hasil kerja para manajer menjadi tampak lebih baik daripada hal yang
sebenarnya terjadi. Secara tradisional, para akuntan telah bersifat
konservatif, untuk mengimbangi optimisme manajemen tersebut.
Konservatisme diinterpretasikan sebagai:
"Anticipate no profits, but anticipate
all losses".
Sebuah contoh yang jelas adalah penerapan
metode Lower–of-cost–or-market (LCM) untuk persediaan. Dengan LCM ini,
persediaan dilaporkan menurut nilai yang terendah dari harga perolehan (cost)
ataukah harga pasarnya, dan hasilnya adalah harga pokok penjualan menjadi lebih
tinggi dan laba bersih menjadi lebih kecil. Jadi laba dan aktiva dilaporkan
pada nilai yang paling rendah. Praktik akuntansi yang bersifat konservatif
lainnya adalah penerapan metode LIFO untuk persediaan jika harga persediaan
sedang mengalami kenaikan, penyusutan yang dipercepat, dan metode kontrak
selesai untuk mencatat pendapatan dari konstruksi. Metode ini membuat beban
dicatat lebih awal atau pendapatan dicatat kemudian. Keduanya akan mempunyai
dampak penundaan pelaporan suatu laba bersih dan akibatnya dianggap bersifat
konservatif.
Konservatisme
adalah pertimbangan kedua di dalam akuntansi. Tujuan yang utama adalah
informasi yang relevan, dapat dipercaya dan dapat dibandingkan. Dan konservatisme
adalah suatu faktor yang dipertimbangkan jika tujuan utama tersebut telah
dicapai.
Hierdie opmerking is deur die outeur verwyder.
AntwoordVee uit